Sebuah hubungan yang dibiarkan tumbuh tanpa keteraturan akan tumbuh menjadi hantu yang tidak menjejak bumi, dan alasan cinta yang tadinya diagungkan bisa berubah menjadi utang moral, investasi waktu, perasaan, serta perdagangan kalkulatif antara dua pihak..
Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikutkan di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan... karena cinta adalah mengalami.
(Dee)
***
Air matamu meluncur deras. Mengisyaratkan duka yang dalam. Menghujam hati. Meski ponsel hanya mampu menghantarkan sebentuk isak dan suara parau, sakitmu bisa kuraba dan begitu perih kuhayati. Sesak pun kembali menghimpit dadaku layaknya luka lebam yang tak kunjung membaik. Tidak ada yang mempu menyakitiku sedemikian rupa selain wajah malaikatmu yang tercemar kecewa.
Dia, orang yang kau cinta kini tak lagi sama. Pemahamanku mengungkapkan demikian. Semu yang selama ini kalian bagi bermuara dalam ketidakmengertian. Dalam rutuk dan caci – maki. Dia, yang kau agungkan dalam nama cinta kini menjauh. Sehingga kalian terjebak dalam lingkaran egosentrik. Menempatkan perasaan selayaknya kalkulasi dagang. Malam ini.. engkau pun terdera hingga terlunta.
Sebersit sakit terbit di hatiku. Kebingunganku kian terasa memuai biaskan arti engkau dan aku. Dalam ketidakberdayaan, aku mendamba jarak ini hilang hingga kita bisa keluar dari bayang masing – masing. Hingga tubuh kita saling mendekap dan jemari bisa mengusap air-matamu. Berharap amarah itu akan luruh beraturan. Hilang berganti senyuman dan dada kita kembali lega apabila dihela.
Tapi alam tak kunjung berbahasa. Petir-petir besar yang setia di ujung musim penghujan lenyap begitu saja. Langit begitu cerah memamerkan ribuan bintang. Malam sedang tak bisa romantis. Tiada garisan air hujan yang teruntai turun hingga tak lagi bisa ku berlama-lama menyembunyikan air-mata. Aku menangis dalam ketidakberdayaan.
Andai kau mengerti bahwa mengasihi tidak butuh publikasi dan pujian. Kerumitan cara tak lagi penting jika kau mengasihi dengan keutuhan jiwa. Sepasang manusia yang dilanda cinta hanya butuh mengenali isyarat hati. Membaginya dalam ketulusan. Dan meyakini untuk mampu saling mengisi sampai ragawi merenta. Dari situ kita akan belajar tentang arti seutuhnya sebuah suka cita mencintai.
Kini mungkin kau tahu cinta itu egois. Cinta itu menuntut. Dan itulah alasan mengapa aku tak ingin penjarakan engkau dalam cintaku. Setelah semua kekeruhan yang kau alami, mari kita arungi cinta dalam kearifan jiwa. Hingga tak akan lagi kau ucap sakit karena kau tak pantas didera, kau tak layak disiksa. Kasih . . tak pernah kutahu mengasihimu bisa sebegini sakit.
Dean.
Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikutkan di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan... karena cinta adalah mengalami.
(Dee)
***
Air matamu meluncur deras. Mengisyaratkan duka yang dalam. Menghujam hati. Meski ponsel hanya mampu menghantarkan sebentuk isak dan suara parau, sakitmu bisa kuraba dan begitu perih kuhayati. Sesak pun kembali menghimpit dadaku layaknya luka lebam yang tak kunjung membaik. Tidak ada yang mempu menyakitiku sedemikian rupa selain wajah malaikatmu yang tercemar kecewa.
Dia, orang yang kau cinta kini tak lagi sama. Pemahamanku mengungkapkan demikian. Semu yang selama ini kalian bagi bermuara dalam ketidakmengertian. Dalam rutuk dan caci – maki. Dia, yang kau agungkan dalam nama cinta kini menjauh. Sehingga kalian terjebak dalam lingkaran egosentrik. Menempatkan perasaan selayaknya kalkulasi dagang. Malam ini.. engkau pun terdera hingga terlunta.
Sebersit sakit terbit di hatiku. Kebingunganku kian terasa memuai biaskan arti engkau dan aku. Dalam ketidakberdayaan, aku mendamba jarak ini hilang hingga kita bisa keluar dari bayang masing – masing. Hingga tubuh kita saling mendekap dan jemari bisa mengusap air-matamu. Berharap amarah itu akan luruh beraturan. Hilang berganti senyuman dan dada kita kembali lega apabila dihela.
Tapi alam tak kunjung berbahasa. Petir-petir besar yang setia di ujung musim penghujan lenyap begitu saja. Langit begitu cerah memamerkan ribuan bintang. Malam sedang tak bisa romantis. Tiada garisan air hujan yang teruntai turun hingga tak lagi bisa ku berlama-lama menyembunyikan air-mata. Aku menangis dalam ketidakberdayaan.
Andai kau mengerti bahwa mengasihi tidak butuh publikasi dan pujian. Kerumitan cara tak lagi penting jika kau mengasihi dengan keutuhan jiwa. Sepasang manusia yang dilanda cinta hanya butuh mengenali isyarat hati. Membaginya dalam ketulusan. Dan meyakini untuk mampu saling mengisi sampai ragawi merenta. Dari situ kita akan belajar tentang arti seutuhnya sebuah suka cita mencintai.
Kini mungkin kau tahu cinta itu egois. Cinta itu menuntut. Dan itulah alasan mengapa aku tak ingin penjarakan engkau dalam cintaku. Setelah semua kekeruhan yang kau alami, mari kita arungi cinta dalam kearifan jiwa. Hingga tak akan lagi kau ucap sakit karena kau tak pantas didera, kau tak layak disiksa. Kasih . . tak pernah kutahu mengasihimu bisa sebegini sakit.
Dean.
4 komentar:
bingung m komen apa'an. . .
srius dach...! intix q suka... tlisan km bgs... bgs bngt. . . trus b'karya... hahahahhahahahha...
untuk smntra nie aja eah... msh bngung euy...
halah. . ko malah bingung sih. . hehe
tapi makasih loh buat pujiannya *tersipu* :p
hope u'll understand, Bidadari pagi :)
Salam kenal dean.. :)
aku suka tulisan kamu.. renyah & menyenangkan..
Cinta.. sampai kini aku masih sulit mengartikan nya.. ^^
Salam kenal juga ^^
Terima kasih atas pujiannya, kritikannya mana? hehe. . Cinta memang rumit yah?! :p
Posting Komentar